Tak Ada Niat Pengen Jadi Kuwu Tapi Saya Punya Ambisi Membenahi Nasib Desaku
Tak Ada Keinginan Ingin Menjadi Kuwu.
Maksud Kalimat :
Tak Ada Niat Pengen Jadi Kuwu Tapi Saya Punya Ambisi Membenahi Nasib Desaku
Adalah jalan menuju utuk menjadi Kuwu itu berat.
Yang membuat saya berat maju Pilwu itu tantangan dan resikonya :
1. Restu dari kedua orang tua :
Adalah jalan menuju utuk menjadi Kuwu itu berat.
Yang membuat saya berat maju Pilwu itu tantangan dan resikonya :
1. Restu dari kedua orang tua :
Bagi saya orang tua adalah segalanya.
Karena insting orang tua itu kuat, mereka tahu mana yang terbaik buat anaknya.
Karena insting orang tua itu kuat, mereka tahu mana yang terbaik buat anaknya.
Ketika oang tua merestui mereka telah yakin pilihannya tepat.
Restu orang tua penting demi mendapatkan kebahagiaan dan saat orang tua merestui secara tak langsung memberi do'a terbaik untukku dan restu orang tua menjadi kunci utama dalam keberhasilan.
2. Restu dari keluarga :
Bagi saya adalah restu keluarga adalah penting karena keluargalah nantinya yang akan bersungguh-sungguh mendukungnya sepenuhnya.
Dan hanya satu yang aku takutkan adalah retaknya hubungan keluarga.
Karena Pilwu itu hanya di tingkat desa dan sangat sensitif gesekannya.
Aku tak mau, keluarga, saudara, batur dan sedulur menjadi tak akur gara-gara Pilwu.
3. Dukungan dari masyarakat :
Restu, Do'a dan dukungan lapisan masyarakat lah yang nantinya akan menentukan kesuksesan kita.
Bayak yang mendukung tapi banyak pupa di lapangan setelah menjelang pemilihan berubah haluan yang di pilihnya.
2. Restu dari keluarga :
Bagi saya adalah restu keluarga adalah penting karena keluargalah nantinya yang akan bersungguh-sungguh mendukungnya sepenuhnya.
Dan hanya satu yang aku takutkan adalah retaknya hubungan keluarga.
Karena Pilwu itu hanya di tingkat desa dan sangat sensitif gesekannya.
Aku tak mau, keluarga, saudara, batur dan sedulur menjadi tak akur gara-gara Pilwu.
3. Dukungan dari masyarakat :
Restu, Do'a dan dukungan lapisan masyarakat lah yang nantinya akan menentukan kesuksesan kita.
Bayak yang mendukung tapi banyak pupa di lapangan setelah menjelang pemilihan berubah haluan yang di pilihnya.
Jadi bagi saya itu maju pilwu itu berat tanpa dukungan masyarakat sepenuhnya.
Dan saya pun berat jika saya mencalonkan diri, karena bagi saya mencalonkan diri itu merupakan ambisi bukan ketulusan hati nurani.
Nah itu dia yang menyebabkan saya ini tidak ada niat, andai semuanya mensuport sepenuh hati Insyaallah niat, keinginan, cita-cita pengen jadi kuwu itu akan muncul.
Makanya sampai saat ini tak ada keinginan maju dalam pilwu itulah penyebabnya.
Bagi saya bahasa mencalonkan diri itu merupakan ambisi.
Beda dengan dicalonkan.
Karena jika di calonkan itu atas kemauan masyarakat bukan kemauan saya pribadi.
Dan saya pun berat jika saya mencalonkan diri, karena bagi saya mencalonkan diri itu merupakan ambisi bukan ketulusan hati nurani.
Nah itu dia yang menyebabkan saya ini tidak ada niat, andai semuanya mensuport sepenuh hati Insyaallah niat, keinginan, cita-cita pengen jadi kuwu itu akan muncul.
Makanya sampai saat ini tak ada keinginan maju dalam pilwu itulah penyebabnya.
Bagi saya bahasa mencalonkan diri itu merupakan ambisi.
Beda dengan dicalonkan.
Karena jika di calonkan itu atas kemauan masyarakat bukan kemauan saya pribadi.
Siapapun yang siap maju menjadi bagian Pilwu itu harus siap segala-galanya.
Yang namanya Pilwu bukan hanya bermodalkan figur atau rekam jejaknya saja.
Tapi yang namanya pilwu harus mempunyai keluarga besar.
Pilwu di Indramayu yang namanya keluarga sudah jelas sangat menentukan.
Walau figur dan rekam jejaknya minim jika punya keluarga besar bisa di jamin bisa sukses.
Tapi yang namanya pilwu harus mempunyai keluarga besar.
Pilwu di Indramayu yang namanya keluarga sudah jelas sangat menentukan.
Walau figur dan rekam jejaknya minim jika punya keluarga besar bisa di jamin bisa sukses.
Tak punya keluarga akan sangat sulit bisa sukses.
Dan ini yang membuat saya tidak siap maju Pilwu
Sudah lumrah bahkan sudah menjadi tradisi dan membudayanya praktek money politik dalam pemilihan.
Sudah lumrah bahkan sudah menjadi tradisi dan membudayanya praktek money politik dalam pemilihan.
Yang namanya pilwu sudah identik dengan yang namanya curnis (Kucur Manis) seperti teh manis, kopi dll
Tapi yang namanya curnis itu sudah biasa di Indramayu.
Oke kalau maslah curnis saya juga masih menyadarinya.
Nah yang membuat saya tidak siap itu selain curnis adalah ada iming-iming lainnya.
Contohnya harus dengan rokok, harus dengan, makan, harus dengan berupa sembako, harus dengan berupa barang, apalagi berupa pemberian uang jika sudah mendekati hari H.
Nah kalau dengan cara-cara seperti itu saya tidak mau.
Yang membuat saya tidak mau adalah jika nanti menang nanti bagaimana akan mengembalikan modal itu? dari mana?
Jangankan modal yang di dapat dari pinjaman atau utang, modal sendiri aja itu pasti harus kembali.
Dan sudah jelas ujung-ujungnya untuk mengembalikan modalnya itu pasti dari hasil korupsi.
Masa saya harus mengambil Dana Desa untuk mengembalikan modalnya!
Masa saya harus makan uang rakyat buat bayar utang!
Berati itu sudah jelas mengajarkan kita untuk korupsi.
Ituah yang mebuat saya takut, takut nantinya saya jadi koruptor dan tidak amanah.
Oke kalau maslah curnis saya juga masih menyadarinya.
Nah yang membuat saya tidak siap itu selain curnis adalah ada iming-iming lainnya.
Contohnya harus dengan rokok, harus dengan, makan, harus dengan berupa sembako, harus dengan berupa barang, apalagi berupa pemberian uang jika sudah mendekati hari H.
Nah kalau dengan cara-cara seperti itu saya tidak mau.
Yang membuat saya tidak mau adalah jika nanti menang nanti bagaimana akan mengembalikan modal itu? dari mana?
Jangankan modal yang di dapat dari pinjaman atau utang, modal sendiri aja itu pasti harus kembali.
Dan sudah jelas ujung-ujungnya untuk mengembalikan modalnya itu pasti dari hasil korupsi.
Masa saya harus mengambil Dana Desa untuk mengembalikan modalnya!
Masa saya harus makan uang rakyat buat bayar utang!
Berati itu sudah jelas mengajarkan kita untuk korupsi.
Ituah yang mebuat saya takut, takut nantinya saya jadi koruptor dan tidak amanah.
Money politic adalah salah satu bentuk kejahatan pemilu.
Money politic dapat disebut sebagai bentuk suap-menyuap.
Arti suap dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah uang sogok.
Dalam hal ini, masyarakat menjadi sasaran “suap” oleh calon pemimpin/kuwu beserta timnya.
Money politic bisa terjadi karena beberapa faktor, seperti persaingan dan karena masyarakat yang kurang cerdas, masyarakat yang belum sejahtera, iming-iming kekuasaan yang kelak diterima sangatlah tinggi, moralitas bobrok, dan kurangnya kreativitas serta peraturan yang kurang maksimal.
Dampak yang ditimbulkan dari adanya money politic ini sangatlah merugikan baik untuk masyarakat ataupun kandidat yang melakukan.
Bagi kandidat yang melakukan money politic ini tentu saja akan mencoreng nama baiknya sendiri.
Maka dari itu, jadilah pribadi yang jujur karena pribadi yang jujur sangatlah penting pada era modern ini.
Dan sebisa mungkin kita jangan ikut terpengaruh oleh arus zaman apalagi mengenai politik uang yang akan mencemari demokrasi di Negara Indonesia yang kita cintai ini.
Karena kemajuan desa/bangsa adalah tanggung jawab kita bersama.
Niat, Tujuan dan cita-cita saya ingin membenahi desa biar selangkah lebih maju itu juga jadi kandas.
Padahal bathin saya menangis melihat keadaan nasib desa tapi apa boleh buat jika jalan menuju menjadi kuwu itu sangat berat resikonya.
Jadi saya hanya bisa bermimpi di siang bolong.
Padahal bathin saya menangis melihat keadaan nasib desa tapi apa boleh buat jika jalan menuju menjadi kuwu itu sangat berat resikonya.
Jadi saya hanya bisa bermimpi di siang bolong.
Slogan Padamu Desa Bunder Aku Mengabdi Hanya Menjadi Kiasan Belaka Yang Tanpa Bisa Menjadi Bukti Yang Hakiki
Lanjutkan !
BalasHapusBlm kandas cuman tertunda,
BalasHapus